Kamis, 29 April 2010

Gangguan Pervasif (Gangguan Disintegrasi)

Gangguan Pervasif (Gangguan Disintegrasi)


Gangguan Disintegratif merupakan salah satu gangguan pervasif pada anak-anak. Gangguan ini dikenal juga sebagai sindroma Heller dan psikosis disintegratif. Pertumbuhan tampak normal selama sekurang-kurangnya dua tahun pertama setelah lahir.


Setelah perkembangan yang tampak normal paling tidak 2 tahun pertama kehidupan terjadi:

  • Hilangnya secara signifikan keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai sebelumnya seperti pada area pemahaman atau penggunaan bahasa, fungsi social atau adaptif, control dalam buang air kecil dan besar, bermain atau keterampilan motorik
  • Fungsi seperti yang tampak pada gangguan interaksi social dan komunikasi, dan pekembangan tingkah laku, minat atau aktivitas yang sempit, stereotip, dan repetitif

Untuk terapinya bisa dengan cara:
  • modifikasi perilaku
  • kejutan listrik
  • konseling orang tua, anak, dan guru
  • penggunaan obat psikotropika.

Gangguan Pervasif (Gangguan Rett)

Gangguan Pervasif (Gangguan Rett)

Rett Syndrome adalah gangguan perkembangan atau gangguan degeneratif, kemampuan yang semakin hari semakin parah (progresif) dan hanya dialami oleh wanita. Sindrom ini merupakan masalah kromosom (terkait dengan kromosom X). Mulai sekitar enam bulan mereka mengalami kemunduran perkembangan.

Yang mengalami gangguan Rett dalam perkembangan awal tampak normal seperti:
  • Kehamilan normal
  • kelahiran normal
  • perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan
  • kepala normal pada saat lahir

Beberapa bulan kemudian munculah abnormalitas seperti:
  • Pertumbuhan kepala yang melambat antara usia 5 dan 48 bulan.
  • Kemunduran pada keterampilan motorik (kehilangan kemampuan keterampilan tangan) antara usia 5 dan 30 bulan.
  • Perkembangan yang stereotip pada gerakan tangan biasanya seperti gerakan meremas atau mencuci tangan
  • Perkembangan yang buruk pada koordinasi gerakan seluruh badan
  • Hilangnya minat social dalam awal perjalanan (walaupun seringkali interaksi sosial tumbuh kemudian).
  • Hambatan yang berat pada perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif dengan retardasi psikomotor yang parah
  • Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yang terkoordinasi secara buruk.
  • Sering dihubungkan dengan retardasi mental yang berat

Untuk terapinya bisa dengan cara:

  • Fisioterapi,
  • Terapi antikonvulsan,
  • Terapi perilaku,
  • Konseling anak, orang tua, dan guru.

Rabu, 14 April 2010

pengenalan gejala awal gannguan belajar pada anak

Kenali gejala yang akan menghambat belajar pada anak


Perkataan yang kita berikan pada anak dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi anak. Misalnya kita sering mengatakan pada anak kita kalau dia nakal, maka dia akan semakin sering bertingkah laku nakal karena dia sudah menganggap dirinya memang nakal. Demikian juga kalau kita mengecap mereka bodoh, tidak mau berusaha, atau malas, karena nilai-nilai mereka di sekolah buruk atau karena tidak bisa mengikuti pelajaran. Padahal belum tentu mereka bodoh atau malas. Mungkin mereka memang mengalami beberapa kesulitan dalam belajar.


Dalam belajar, ada beberapa jenis kesulitan yang mungkin dialami anak-anak. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam membaca atau berhitung. Dan penyebabnya bukan karena mereka malas atau bodoh, tapi mungkin karena ada gangguan persarafan.

Klasifikasi Kesulitan Belajar

Jenis Kesulitan Belajar


Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :


1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar :

* ada yang berat
* ada yang sedang


2. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari :

* ada yang sebagian bidang studi yang dipelajari, dan
* ada yang keseluruhan bidang studi.


3. Dilihat dari sifat kesulitannya :

* ada yang sifatnya permanen / menetap, dan
* ada yang sifatnya hanya sementara


4. Dilihat dari segi factor penyebabnya :

* ada yang Karena factor intelligensi, dan
* ada yang karena factor bukan intelligensi

penyebab gangguan belajar

Penyebab yang menimbulkan gangguan belajar

I. GANGGUAN FISIK

Gangguan dalam sistim saraf pusat/otak anak atau organ pendengaran atau organ penglihatan, misalnya oleh karena adanya infeksi baik langsung maupun tidak langsung pada otak, trauma pada otak, penyakit bawaan, gangguan konduksi listrik ( epilepsi ), gangguan metabolic sistemik, dll. Semua ini dapat yang menyebabkan timbulnya disfungsi otak minimal, yang mungkin bermanifestasi dalam berbagai bentuk gangguan psikiatrik, diantaranya ialah kesulitan belajar.

II. GANGGUAN PSIKIATRIK

i. Retardasi Mental

Kondisi ini ditandai oleh tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata. Anak akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana anak seusianya, seperti mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan rumah atau berinteraksi dengan lingkungannya.

ii. Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas.

Ciri utama dari gangguan ini adalah kesulitan anak untuk memusatkan perhatian-nya yang timbul pada lebih dari satu situasi, misalnya di rumah, di sekolah dan di dalam kendaraan, dll, dapat disertai atau tidak disertai dengan hiperaktivitas. Gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan fungsi inhibisi perilaku dan kontrol diri. Anak tidak mampu untuk berkonsentrasi pada satu pekerjaan tertentu, dan merencanakan tujuan dari pekerjaan tersebut. Ia tidak mampu menyusun langkah-langkah dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia akan mengalami kesulitan dalam menyimak pelajaran yang diberikan gurunya, dan akhirnya ia tidak mengerti apa yang diterangkan oleh gurunya itu.

iii. · Gangguan Tingkah Laku

Pada anak yang mengalami gangguan ini seringkali dikatakan sebagai anak nakal, sulit diatur, suka melawan, sering membolos dan berperilaku antisosial, dll. Anak dengan Gangguan Tingkah Laku ini seringkali mempunyai prestasi akademik di bawah taraf yang diperkirakan. Kesulitan belajar yang terjadi dikarenakan anak sering membolos, malas, motivasi belajar yang kurang, kurang disiplin, dll

iv. Gangguan Depresi

Seorang anak yang mengalami Gangguan Depresi akan menunjukkan gejala-gejala seperti,

* Perasaan sedih yang berkepanjangan
* Suka menyendiri
* Sering melamun di dalam kelas/di rumah
* Kurang nafsu makan atau makan berlebihan
* Sulit tidur atau tidur berlebihan
* Merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga
* Merasa rendah diri
* Sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan
* Merasa putus asa
* Gairah belajar berkurang
* Tidak ada inisiatif, hipo/hiperaktivitas

Anak dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, dengan demikian akan menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak menurun hari demi hari.

Gangguan Menulis Ekspresif pada anak

Gangguan Menulis Ekspresif (Spelling Dyslexia, Spelling Disorder)

Gangguan pada anak-anak dengan keterbatasan yang mengarah kemampuan menulis si anak buruk. Hal yang akan ditemui jika anak mengalami gangguan menulis, kita akan mudah menemukan kesalahan dalam menulis si anak dan penampilan tulisan anak yang buruk (seperti cakar ayam). Biasanya akan tampak sejak anak kelas 1 SD.

Kondis ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca, paragraph dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu, mereka juga mengalami kemiskinan tema dalam karangannya.


gangguan belajar diskalkulia

Gangguan Berhitung


Gangguan Berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi pencapaian prestasi akademik anak atau akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak.


Gejala yang ditampilkan anak biasanya;

- Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka.

- Kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan

- Kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi

- Inakurasi dalam komputasi

Gangguan belajar Diskalkulia

Gangguan Matematik (diskalkulia)


Gangguan matematik adalah ketrampilan matematik yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan inteligensi, anak sangat sulit dalam memahami hal-hal yang bersifat berhitung. Ciri khasnya adalah kegagalan sang anak dalam ketrampilan :


* Linguistik (memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol matematika tidak bisa),
* Perseptual (kemampuan untuk memahami simbol dan mengurutkan kelompok angka sulit).
* Matematik (+/-/x/dan :, sulit untuk mengoprasikannya).
* Atensional (mengkopi bentuk dengan benar, mengoperasikan simbol dengan benar tidak bisa).


Prevalensi ± 5% anak usia sekolahyang mengalami gangguan ini, udah gitu biasanya anak perempuan cenderung lebih banyak mengalaminya ketimbang anak laki-laki. Biasanya gangguan ini akan disertai gangguan belajar yang lain, serta akan mulai terdeteksi ketika anak berada di kelas 2 dan 3 SD atau berkisar antara usia (6-8 th).

gangguan belajar Diskalkulia

Gangguan Matematik (diskalkulia)

Biasanya ketrampilan matematik pada anak yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan inteligensi anak mengalami kesulitan berhitung.

Ciri khasnya yang terlihat anak sulit dalam pemahaman:

* Linguistik (susah memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol matematika),
* Perseptual (kemampuan untuk memahami simbol dan mengurutkan kelompok angka kurang)
* Matematik (+, -, x, dan : dan cara mengoperasikannya bingung)
* Atensional (mengkopi bentuk dengan benar, mengoperasikan simbol dengan benar tidak bisa)

Prevalensi ± 5% anak usia sekolah mengalaminya, biasanya anak perempuan cenderung lebih besar mengalami kesulitan belajar berhitung ketimbang anak laki-laki. gangguan ini biasanya disertai gangguan belajar yang lainnya., dan kebanyakan yang terdeteksi ketika anak berada di kelas 2 dan 3 SD atau berkisar pada usia (6-8 th)


ciri anak yang terkena disleksia

Ciri-ciri anak yang terkena disleksia biasanya


1. Ga bisa mengucapkan irama kata-kata secara betul.

2. Susah ngurutin huruf-huruf dalam kata.

3. Susah menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan bikin menjadi sebuah kata.

4. Susah mengeja secara benar.

5. Anak biasanya bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b, d, u, n, m.

6. Bisa membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.

7. Susah dalam memahami apa yang dibaca.

8. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata.

9. Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.

10. Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.

11. Lupa mencantunkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah.

12. Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.

13. Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik.

14. Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun.

15. Menempatkan paragraf secara keliru.

jenis-jenis gangguan belajar pada anak

DISLEKSIA .

Gejala yang dapat terlihat bila anak mengalami disleksia kemampuan membaca si anak biasanya berada di bawah kemampuan yang seharusnya dengan tingkat inteligensi tidak sesuai, usia dan pendidikan anak. Gangguan disleksia bukan dilihat dari bentuk ketidakmampuan fisik anak, misalnya saja ada masalah dengan penglihatan, tapi masalah tersebut mengarah pada bagaimana otak yang mengolah dan memproses informasi ketika anak sedang membaca. Disleksia biasanya akan mengganggu anak apabila si anak udah mulai sekolah.


Walau pun mengalami kesulitan-kesulitan dalam membaca, anak yang mengalami gangguan disleksia sebetulnya mempunyai kelebihan. Mereka biasanya sangat baik di bidang musik, seni, grafis dan aktivitas-aktivitas kreatif lainnya. Cara mereka berpikir adalah dengan gambar, tidak dengan huruf, angka, simbol atau kalimat. Mereka juga baik dalam menghafal dan mengingat informasi. Kesulitan mereka adalah bagaimana menyatukan informasi-informasi yang ada dan mengolah informasi tersebut.

Ciri anak yang mengalami disleksia

DISLEKSIA

Gejala yang nampak pada disleksia biasanya kemampuan membaca sang anak berada di bawah kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat inteligensi, usia dan pendidikannya. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu.

Ada pun ciri-ciri anak yang mangalami disleksia adalah:
1. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional.
2. Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
3. Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
4. Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.
5. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b – d, u – n, m – n.
6. Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.
7. Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca.
8. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misal, ‘hal’ menjadi ‘lah’, atau ‘kucing duduk di atas kursi’ menjadi ‘kursi duduk di atas kucing’
9. Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.
10. Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.
11. Lupa mencantunkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah.
12. Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.
13. Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik.
14. Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun.
15. Menempatkan paragraf secara keliru.
Walau pun mengalami kesulitan-kesulitan tersebut di atas, anak yang mengalami gangguan disleksia sebetulnya mempunyai kelebihan. Mereka biasanya sangat baik di bidang musik, seni, grafis dan aktivitas-aktivitas kreatif lainnya. Cara mereka berpikir adalah dengan gambar, tidak dengan huruf, angka, simbol atau kalimat. Mereka juga baik dalam menghafal dan mengingat informasi. Kesulitan mereka adalah bagaimana menyatukan informasi-informasi yang ada dan mengolah informasi tersebut.
Gangguan Membaca (Disleksia)


Disleksia adalah gangguan membaca yang dialami oleh anak-anak, gangguan ini merupakan kesulitan memisahkan kata-kata dalam kalimat, Hal utama yang dapat dilihat dari disleksia adalah si anak gagal dalam mengenali kata-kata, lambat dalam memahami, tidak teliti bila membaca, serta pemahaman yang buruk setelah membaca.

Disleksia merupakan jenis tertentu dari gangguan belajar yang diperkirakan 3 sampai 5 % anak-anak mengalami disleksia. Biasanya terjadi lebih banyak sama anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.